Download Now Dari Kosmologi Ke Dialog : Mengenal Batas Pengetahuan, Menentang Fanatisme

Dari Kosmologi Ke Dialog : Mengenal Batas Pengetahuan, Menentang Fanatisme - Laplace bersabda, "Daya-daya alam sendirilah yang melakukan koreksi ketika terjadi penyimpangan. Karena keseimbangan dinamis tatasurya adalah konsekuensi hukum-hukum fisika." Lantas dimana posisi agama dan kitab suci harus kita letakkan dalam soal pelik ini? Masih belum cukup. Melalui M-Theory dan Theory of Everything (Teori Segalanya), "tembok" energi yg menyemhunyikan singularitas semesta dapat ditembus sehingga mimpi Einstein untuk membaca pikiran tuhan tatkala menciptakan alam semesta mungkin dapat menjadi kenyataan, lalu ilmu pengetahuan berhenti berkembang, dan manusia menjadi sama eengan tuhan. Itu semua jelas bicara ketegangan antara jelajah nalar dan cerapan keimanan. Antara mempercayai perubahan dunia dengan fakultas rasio dan fakultas intuisi. Sementara di saaat bersamaan, kebenaran yang dengan tergopoh kita kejar tetap menjadi hantu yg berkelibat tapi tapi tak pernah dapat dijerat. Dalam karya ungggulan yg dianggit dr Nurcholis Madjid Memorial Lecture 2010 inilah ketegangan itu coba dilerai dengan sebuah dialog berarus tenang, namun menggendam. Semata demi memafhumi di mana batas untuk berpijak hingga takkan lagi ada fanatisme yg jumud dan akut.


Online Reading Dari Kosmologi Ke Dialog : Mengenal Batas Pengetahuan, Menentang Fanatisme


Book Details

️Book Title : Dari Kosmologi Ke Dialog : Mengenal Batas Pengetahuan, Menentang Fanatisme
⚡Book Author : Karlina Supelli
⚡Page : 279 pages
⚡Published December 4th 2011 by Mizan


Dari Kosmologi Ke Dialog : Mengenal Batas Pengetahuan, Menentang Fanatisme

Laplace bersabda, "Daya-daya alam sendirilah yang melakukan koreksi ketika terjadi penyimpangan. Karena keseimbangan dinamis tatasurya adalah konsekuensi hukum-hukum fisika." Lantas dimana posisi agama dan kitab suci harus kita letakkan dalam soal pelik ini? Masih belum cukup. Melalui M-Theory dan Theory of Everything (Teori Segalanya), "tembok" energi yg menyemhunyikan singularitas semesta dapat ditembus sehingga mimpi Einstein untuk membaca pikiran tuhan tatkala menciptakan alam semesta mungkin dapat menjadi kenyataan, lalu ilmu pengetahuan berhenti berkembang, dan manusia menjadi sama eengan tuhan. Itu semua jelas bicara ketegangan antara jelajah nalar dan cerapan keimanan. Antara mempercayai perubahan dunia dengan fakultas rasio dan fakultas intuisi. Sementara di saaat bersamaan, kebenaran yang dengan tergopoh kita kejar tetap menjadi hantu yg berkelibat tapi tapi tak pernah dapat dijerat. Dalam karya ungggulan yg dianggit dr Nurcholis Madjid Memorial Lecture 2010 inilah ketegangan itu coba dilerai dengan sebuah dialog berarus tenang, namun menggendam. Semata demi memafhumi di mana batas untuk berpijak hingga takkan lagi ada fanatisme yg jumud dan akut.

Post a Comment

0 Comments